Jadwal pentas seni ludruk hanya dilakukan pada kegiatan perayaan dan acara pagelaran kesenian di seluruh wilayah Jawa Timur. Ludruk dapat dilakukan di siang hari maupun di malam hari, tergantung dari pentas seni yang diadakan setempat.
Pemain ludruk baik laki-laki dan perempuan menggunakan pakaian batik, pewayangan, pejuang, maupun lokal. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa Ngoko. Namun bahasa yang digunakan dapat bersesuaian dengan tempat diselenggarakan, seperti Probolinggo ada campuran Jawa Ngoko dan Madura. Dalam pentas seni, setiap sketsa selalu diiringi dengan gamelan dengan lawakan dari pemain ludruk. Seni Ludruk dimulai dengan adanya Tari Remo dan kostum Sakera (pahlawan Madura). Tujuan utama pentas seni ini yaitu untuk menghibur penonton.
image via TPI TV / MNCTV courtesy by youtube.com
Gambar Ludruk Humor Kirun (Ludruk Modern)
Saat ini, pentas seni ludruk tidak hanya dilakukan di Jawa Timur, melainkan sudah ditayangkan di televisi. Di samping itu, kesenian ludruk telah dilestarikan di sekolah kesenian sehingga seni ludruk masih ada hingga saat ini.
Asal Usul Ludruk
Dari Kamus Javanansch Nederduitssch Woordenboek karya Gencke dan T Roorda tahun terbitan pertama 1847 hingga terbitan keempat 1901, kata ludruk sudah tercantum dan dijelaskan bahwa Ludruk berarti Grappermarket atau badutan. Penelusuran naskah kuno ini dilakukan oleh sastrawan dan budayawan yang bernama Suripan Sadi Hutomo.
Dari Kamus Baroe Sastra Djawa karya W.J.S. Poerwadarminta tahun terbitan 1930, kata "Ludruk" memiliki arti Teledek (penari wanita) dan Badhut (pelawak).
Namun, sastrawan S. Wojowasito (1984) berpendapat bahwa kata "badhut" sudah dikenal masyarakat Jawa Timur di masa Kerajaan Kanjuruhan dengan Raja Gajayana pada tahun 760 Masehi. Pernyataan ini didasarkan pada Prasasti yang terdapat di Candi Badhut.
Kesenian ludruk ini cukup menghibur dan membuat penonton tertawa dengan bahasa dan logat lokal. Keunggulan seni ludruk yaitu memberitahu penonton tentang kehidupan masyarakat walau disertai lawakan yang menghibur dan unik.
TERIMA KASIH ...
0 comments:
Post a Comment